Genggaman ini
erat terasa
Dingin teman
kita
Bulan teman
kita
Bintang teman
kita
Jalanan saksi
kita
Saat ini,
entah sampai kapan
Kita
hanya dua orang pendosa yang bahagia tapi tak tahu arahnya kemana
Seperti
bersembunyi dibalik tatapan juta mata menantang
Kita hanya
bisa melihat dan menjawab ini bahagia kita
Seperti
melandaskan kata nanti dalam sejuta rasa penasaran
Kita tetap
percaya dan tertawa saat batu melempar dengan tegasnya
Berjalan menyusuri
garis panjang yang seakan tak ada titiknya
Saat itupun kau
tanya kata apa yang paling aku suka
Entah aku
menjawab apa
“Kita” katamu
singkat
…
Kita
Saat kata
sayang nampak malu dan bersembunyi dibalik bibir
Saat semua
dimulai entah darimana
Kita tertawa
saat itu, gurauan sepele yang mungkin membuat kita menjerit panjang saat ini
Aku suka
Kamu suka
Kita
…
Kita
Banyak rahasia
seperti enggan menampakkan jati dirinya
Awalnya,
seperti angin menari hanya menggelitik
Tak banyak
kata, tak banyak rasa
Tapi disinilah
kita memulai cerita
…
Kita
Desakan itu mulai
muncul
Seperti roda
yang memulai pergerakan panjangnya
Saat dimana
tawa dan air mata mulai datang bergantian
Kita kesal
Kita cemburu
…
Kita
Bersandiwara
dibalik seribu tanya
Seperti
bangkai yang akhirnya menjerit paksa
Kita bercerita
Di balik
dekapan hangat di dalam tatapannya kita mulai mengerti
Bukan kemarin,
tapi saat ini
Sesak tapi
kita bertahan
…
Kita
Mulai terjatuh
dalam teriakan panjang
Seperti muak
yang mendesak menantang badai
Kita berteriak
Semua mata
melihat
Kita hanya dua
sosok manusia yang menginginkan jala
Tapi seperti
tak mampu untuk terbawa
…
Kita
Seperti angin menggelitik
pada awalnya
Menjadi badai
menerjang pada akhirnya
Kita berlari
Kita kembali
Saat berjuta
kata berbagai hantaman begitu kerasnya datang
Kita berjalan
dan tertawa seperti tak terjadi apa-apa
…
Kita
Berjalan di
sekeliling tatapan sinis
Dan bingkai
kaca kenangan yang seakan ingin menarik kembali
Mereka seakan
berteriak dan bercerita
Banyak khilaf
banyak tangisan banyak perbedaan
Seakan
ditelanjangi tawa mereka
Kita hanya
percaya entah pada apa dan entah karna apa
Mengikuti
bisikan janji yang ternyata suara kita sendiri
…
Kita
Yang mengikuti
alur cerita yang diskenariokan waktu
Sampai saat
ini kita bercerita, kita belum menemukan akhirnya
Setiap berhenti
di persimpangan jalan
Satu bisikan yang
selalu kuingat
“masih jauh”
Saat teriknya
panas mengigit kaki kita
Satu bisikanku
yang inginku kau dengar
“bersabarlah”
Berjuta pasang
mata menghakimi
Kita
berbohong, kita tidak bahagia
Kata mereka
Saat itu aku
sadar betapa dalam kata itu
Kita menjalani
suatu jalanan panjang, bersama!
Kita tidak
seperti cerita yang hanya menuntut bahagia
Kita bukan dua
orang suci yang bercerita tentang kekekalan
Kita bukan
mereka yang mengerti apa itu cinta
Kita hanya
memulainya dengan tawa
Kita hanya dua
pendosa yang seakan tidak peduli dengan adanya takdir
Kita hanya
mengerti bagaimana bertahan pada perasaan
Kita, bukan
hanya dua sosok dalam satu kata
Kita, mengukir
cerita dibalik tatapan waktu
Kita, hanya
berjalan sambil tertawa bersembunyi dibalik kata takdir
Kita, ini
kita!