Calm Down and Be Classy, Girl! ☺

Jumat, 04 April 2014

Untungnya Dia Wanita yang Hebat



Dia bisa melirik jam tangannya, berharap waktu berputar kembali dan tidak memilihmu
Untungnya dia wanita yang hebat
yang meyakinkan kemana pun kamu dan kemana pun dia Tuhan tetap akan memilihmu untuknya

Dia bisa berdoa dan ditunjukan jalan keluar lalu pergi kemanapun ia mau
Untungnya dia wanita yang hebat
yang kemudian berdoa untuk selalu diberi kesabaran dan utuh bersamamu

Dia bisa membalas semua perilakumu dengan menjadi sama PERSIS sepertimu
Untungnya dia wanita yang hebat
yang lebih banyak menguras otak dan tenaganya untuk mengasihimu

Dia bisa menagih semua janjimu untuk selalu dibahagiakan dulu
Untungnya dia wanita yang hebat
yang dengan yakin berpikir bahwa setiap masalah NANTI akan membuat dia dan kamu bahagia

Dia bisa menangis dan berteriak sakit di depanmu
Untungnya dia wanita yang hebat
yang lebih banyak berpikir siapa yang akan mengurusimu jika bukan dia

Dia bisa meminta makan ini dan itu atau di sana dan di situ
Untungnya dia wanita yang hebat
yang selalu dengan pintar merasa apapun dan dimanapun itu menyenangkan asal bersamamu

Dia bisa saja banyak berbelanja dan berpikir tentang kesenangannya
Untungnya dia wanita yang hebat
yang menulis banyak cita-cita yang akan dicapainya bersamamu  

Dia bisa saja tidak memilihmu dulu
Untungnya dia wanita yang hebat
yang rela melupakan hal yang PASTI menjadi MUNGKIN dengan bersamamu

Untungnya dia wanita yang hebat
Dan kamu seharusnya menyadari betapa beruntungnya kamu mendapatkannya dari sekian banyak yang akan mungkin menjadikannya lebih baik, namun ia tetap memilihmu.

YK, 04 April 2014




Selasa, 26 November 2013

Tidak Selalu Harus Ada Terang Agar Mudah Dilihat ~



Menjelang pagi, Adit menyusuri jalanan gelap sepi sekitaran hampir jam 3 pagi sendirian. Baginya, ini rutinitasnya. Berkumpul dengan teman-teman bercerita hingga pagi menjelang dan kemudian pulang. Sah-sah saja pikirnya, remaja, dan mudalah waktunya.
Entah kenapa subuh itu jalanan kota Jogja terasa dingin menusuk hingga ke tulangnya. Padahal ini bukan hanya kesekian kalinya ia begini tetapi seakan ‘jatah makannya’ setiap hari sudah pasti begini. “Ah sial! Lupa bawa jaket.” Gumamnya yang seperti teriakan di sana saking sepinya jalanan menuju rumahnya.
“Ibu sudah bilang, mau panas mau dingin kalo kemana-mana pake jaket!” tiba-tiba celotehan Ibunya bersenandung di telinga, jelas. Seperti dekat, bahkan seperti ibunya sedang berboncengan dengannya di belakang. Wajah ibunya ketika marah karena kebiasaannya pulang subuh, dan berkumpul bersama teman-temannya tampak begitu jelas di depan mata.
“Dari mana saja kamu? Hidup cuma buat hal yang nggak jelas! Mau jadi apa kamu?!” sesosok pria tinggi yang berwajah tak asing baginya tampak sedang menghujamnya dari depan. Ayah!
“Benar kata ayah, tapi jika sepanjang waktuku terbuang untuk penyesalanmu, bantu aku merubahnya!” Gumam Adit pelan, setitik air mata jatuh dan mengering di dadanya, sejalan dengan pekatnya dingin yang berlawanan arah dengan laju motornya.
Bayang-bayang itu tiba-tiba datang dan menemaninya berjalan kembali pulang ke rumah. Seakan membawa dan menuntunnya berjalan. Lantunan suara ayah dan ibu manis pahit terasa jelas membisingkan telinganya. Lamunan indah yang sejenak datang menghampiri dan diam-diam mengingatkan semua tentang kedua orang tuanya.
“Terima kasih ayah dan ibu, kalian begitu sabar.” Seakan ingin berlari kembali, maaf itu belum terlambat untuk diucap, nalarnya. Sambil terus membayang entah rasa bersalah atau rasa rindu yang dalam akan pelukan orang tuanya yang sekejap dua menit menguasai isi pikirannya. Jalanan seperti sempit dan kabur di depan matanya, yang terlihat hanya dua sosok indah yang pernah ada dalam hidupnya, ibu dan ayah.

******

Matanya yang sembab dan badannya yang lemas tiba-tiba tersadar oleh suara bising yang akhirnya membangunkannya dari lamunan panjang itu. Sakit dan perih sentak menggerogoti hampir seluruh badannya.
“Aku dimana?” Tanya Adit pada seorang lelaki berbaju putih yang tampak sedang ‘ngos-ngosan’ mendorongnya dengan tempat tidur.
“Kamu di rumah sakit, tadi kamu kecelakaan!” jawabnya.
Adit menatap seluruh badannya yang penuh cairan berwarna merah entah apa. Belum sepenuhya sadar dari lamunannya tadi, ia mencoba menggapai-gapai apa yang terjadi padanya tadi saat ia tertidur. Seingatnya hanya ada dua wajah yang menemaninya pulang ke rumah. Ternyata tidak. Dia sendiri.
Nafasnya terasa enggan berhembus kembali. Darah seperti dipaksa untuk mengalir. Sakit.
“Mana ayah? Mana ibu?” gumamnya gemetaran.
Meratapi sekeliling dinding putih bersih di sini, Mereka bahkan seperti hanya meletakkan Adit di tempat yang empuk, intinya bukan aspal. Hanya beberapa orang yang tampak mengobati lukanya, tanpa berpikir dia tak hanya sakit di sana. Semua pria wanita berbaju putih itu datang dan pergi tanpa menghiraukan pertanyaannya, tapi jawaban itu jelas ada. Orang tuanya juga tidak ada.
Seorang wanita setengah baya tiba-tiba merangkul tanganku.
“Ada apa nak? Kamu akan baik-baik saja.” Ujarnya sambil tersenyum kearahku. Wanita seperti ibunya dari bilik yang lain, ia tampak sedang menemani putrinya yang juga terbaring di tempat tidur yang berbeda.
“Apa ibu bisa menelfon ayah dan ibuku? Mungkin mereka belum tahu kenapa aku belum pulang.” Ujarnya seakan menantang detak jatungnya yang seakan lemah untuk berbicara.
“Tentu saja.” Wanita itu kemudian mengambil handphone Adit yang diletakkan di samping kepalanya, dan segera memencet kontak ibunya berharap mereka segera datang untuk sekedar menemani anaknya  yang sendiri di ruangan itu.
******
Di tempat yang berbeda, di tengah lelapnya tidur, ayah dan ibu Adit tersentak bangun dengan bunyi panggilan dari handphone ibu Adit. Ibunya dengan segera mengangkat teleponnya yang dilihatnya dari anaknya tersebut.
“Hallo dit.” Sepenggal kata menyapa anaknya dengan hangat tanpa dengan rasa takut yang bergejolak heran mengapa anaknya meneleponnya di pagi buta.
“Hallo bu. Apa benar ini orang tua dari anak Adit? Adit tadi kecelakaan dan sekarang dirawat di RS Panti Rapih, bu. Apa ibu bisa segera kesini?” suara seorang wanita dari kejauhan.
Ibu Adit menarik nafas sejenak, mencoba menghembuskan nafasnya kembali yang tersentak seperti berhenti mendengar anak satu-satunya kecelakaan.
“Oh iya bu, bisa. Terima kasih atas infonya, saya akan segera kesana.” Jawabnya dengan terengah-engah. Ia segera membangunkan suaminya.
“Pa, bangun! Adit kecelakaan.”
“Ah, ini bukan yang pertama kalinya ia begini. Sudah berulang kali ia menyusahkan kita seperti ini. Entah siapa lagi yang dia celakai sekarang. Nanti saja kita kesana, ini masih sangat subuh.” Jawab ayah Adit yang geram. Tidak salah, karena telah berulang kali Adit mengalami hal seperti ini. Bagaikan setiap hari mendapatkan sentakan setrum listrik, mungkin ayah Adit sudah cukup ‘kebal’ dengan berita mengagetkan seperti ini. Ia pun melanjutkan tidurnya tanpa memperdulikan istrinya yang kebingungan serta ketakutan mengingat anaknya yang tak tahu keadaannya seperti apa sekarang.
“Tapi pa, dia anak kita satu-satunya. Apapun yang ia lakukan, buruk atau baik yang ia hasilkan, kita seharusnya berada di sana mendukungnya. Terserah, Papa mau memukul atau memaki dia atas apa yang dilakukannya, tapi jangan pernah meninggalkannya sendiri.”
“Aku capek, aku malu.” Balas ayah Adit terbata-bata sambil mengusapkan cairan entah apa yang tiba-tiba keluar dan membasahi pipinya.
“Kenapa kita selalu berpikir ini semua salahnya? Apa kita sebagai orang tua juga benar mendidiknya? Bahkan saat ini pun dia sedang kesusahan, kita yang seharusnya di sana tidak ada. Bahkan untuk anak kita satu-satunya kita masih berpikir tentang ego, perasaan, bahkan nama baik kita. Tolong jangan menganggap itu anakku sendiri, pa. Dia anakmu juga. Kamu tidak tahu betapa cinta dan bangganya dia kepadamu, karena kamu tidak pernah mempedulikannya. Dia yang akan membantumu, mengasihimu, menjagamu selain aku bahkan jika aku tak ada.”
Ayah Adit memeluk istrinya dengan erat, merasa berdosa akan apa yang dipikirnya selama ini. Mereka pun bergegas menuju ke Rumah Sakit dimana Adit dirawat.
******
Di tempat yang berbeda Adit sedang membayangkan ibu yang membantunya menelepon kedua orang tuanya tadi adalah ayah dan ibunya yang sedang menggenggam tangannya, dan seperti menguatkan dirinya sendiri, ia membayangkan kedua orang tuanya memintanya bertahan dan hidup lebih lama. Maaf, terima kasih, pengalaman, cerita, belum banyak bahkan belum sempat terucap olehnya. Banyak kata terlambat serasa membayangi otaknya kini. Ia seperti meminta hanya beberapa detik untuk sekedar melihat kedua orang tuanya.
Kedua orang tua Adit sampai di ruangan tersebut dengan kebingungan, kaget, sedih, dan seperti tidak tahu harus berbuat apa. Jauh dari bayangan mereka sebelumnya tentang apa yang terjadi.
Terlambat.
Tuhan membawanya pergi. Untuk hidupnya dan hidup orang lain menjadi lebih baik.

YK, 10 September 2013

The Greatest Woman World Has



Wanita-wanita di bawah ini bukan wanita yang ‘dikehendaki’ oleh sebuah kitab sakti salah satu aliran, atau wanita yang ‘dikehendaki’ habitat biasanya, tapi wanita biasa yang dapat reward 4 jempol dan penghormatan yang luar biasa dari saya dan mungkin beberapa orang di luar sana.
  • Wanita dan Cantik Alaminya.
Wanita yang tanpa perlu terlalu banyak modifikasi dan bedah wajahnya. Tanpa operasi hidung, dagu, mata, lengan, perut, kelamin dsb. Mereka cantik dan tanpa harus menarik perhatian mereka sudah menjaga ‘kekhasan’ jenis yang mungkin tidak Tuhan kasih ke tempat lain, dan itu the best! Tanpa harus perilakunya dimanis-manisin juga, karna kalau nanti ketahuan busuk banget baunya loh.
  • Wanita dan Non-Copasnya.
Wanita yang dimaksud mungkin kira-kira wanita yang apa adanya, tidak copy foto orang-paste ke foto profil-ngaku itu ‘saya’ (ups!). Just kidding! Wanita ini tanpa harus ngikut-ngikut trend koreanish, holiwoodnish, japanish atau jewish sudah comfort sama dirinya sendiri. Agak ribet sih emang, tapi wanita dan non-copasnya selalu independent sama dunia yang ada di sekitarnya, sekiranya tidak maksa untuk selalu dilirik.
  • Wanita dan Penampilan Idealisnya.
Wanita yang berpenampilan tanpa harus mikir dibilang apa sama dunia. Jargonnya, “selagi nggak SARA untuk apa mikir orang lain yang otaknya sebatas ANAL-ORAL”. Logisnya, tidak bakal ada persepsi negatif kalau isi otak kita kompleks sama hal yang luas, beda sama yang lingkupnya hanya keliling daerah prostitusi. Tidak hanya rok pendek, tanktop, bikinies, tapi wanita bertattoo juga. Mereka semua hebat dengan idealisnya, tapi ya pilah-pilih juga karena attitude juga penting.
  • Wanita dan Alergi ‘Ngemisnya’.
Wanita ini bukan sepenuhnya minta-minta di jalanan, di perempatan, itu sih sepele. Tapi wanita yang bukan karna harta bercengkrama, bercerita dan membagi kasih ke orang lain. Bukan karna latar belakang, latar keluarga, latar kendaraan roda empat, bersahabat, berteman dan berpasangan. Itu, Hebat! Karna keliatannya (oleh saya ya), sebelas-dua belas tidak ada harganya kalau patokannya juga harga mam. Matrealis juga boleh, tapi lihat latarmu jugalah, sepadan tidak? Kalau tidak punya apa-apa jangan maksa punya apa-apa, repot urusannya ke orang lain. Berlaku ke semua masalah juga sih.
  • Wanita dan Populernya.
Wanita ini tidak harus populer, kemana-mana ada yang teriak “woy itu bintang bokep” (males juga kan), tapi balik lagi ke Attitude, Mind, Classy-nya yang bikin dia dihormatin. Tidak harus berubah kemana-mana pake kebaya atau open-jas juga, tapi setiap ada di lingkungannya tidak bikin rusuh, tidak ngomongin orang biar tenar, tidak harus maksa nambahin atau kurangin sesuatu di dalam diri biar ‘keliatan’ di umum. Yang dikenal dan dikenang, hanya yang selalu nampak baik, itu.
  • Wanita dan Kasih ‘Sesamanya’.
Wanita ini bukan hanya mengasihi semua orang tanpa terkecuali, tapi wanita yang cantiknya luar biasa nampak karna tidak SARA, tidak KKN, tidak menghujat sesama wanitanya, tidak harus pamer apa yang dipunya (dipinjam juga), tidak harus menjadi malaikat (maksa) pada semua orang di semua tempat hanya perlu jadi orang yang sepenuhnya tulus mengasihi cukup 1 orang, dengan begitu yang lain akan percaya.
  • Wanita dan ‘Istri-Pra istri-Independentnya’.
Wanita ini bekerja, tidak dikekang, bebas memberi suara, bebas memberi keputusan, dan bebas meluangkan waktunya masih untuk hobinya. Wanita ini ngeliat pas masih pacaran, kalau suka balet, anggar, tinju, sumo atau smack down dan sudah sering dikekang, diputusin! itu masuk independent, dan Great!
  • Wanita dan Cinta Keluarganya.
Wanita yang satu ini, mungkin cirinya yang paling luar biasa. Dia tidak harus mengandung, melahirkan, dan menyusui anaknya maka dia ‘dikehendaki’ (seperti kata beberapa sumber). Dia mencintai, mengasihi dan menghormati keluarganya, suaminya dan anak-anaknya. Tidak harus benar memiliki seorang anak, yang utama anaknya tidak diperjual-belikan, tidak dinomor-8kan. Begitupun suaminya.
  • Wanita dan Menggendong Anak Sambil Kerja.
Wanita yang dimaksud tidak harus realnya seperti itu, ya hampir-hampir lah. Setidaknya sibuk sama urusan kerjaan, tapi anak tetap nomor 1 (suami juga iya). Wanita ini masih menyusui, mengganti popok, dan menjadi teman tidur anaknya. Dia memiliki management waktu yang baik sebagai seorang ibu, yang masih tetap sibuk dengan kerjaannya tapi masih selalu sempat berbelanja, ke timezone, dan berenang bersama anaknya.

Nah, banyak yang mungkin berpikir "apa sih" "ga jelas" or etc. but you know that 'good-bad people idea' still relative. Dan mau gak mau ya mesti mau, thats mine. Mereka di atas jangankan sempurna, berjuang keluar dari hidupnya yang susah aja susah. tapi itu yang bikin saya ngasih big reward buat mereka. Karena tanpa perlu jadi A, tanpa harus maksa jadi A, atau omong kosong lainnya mereka still alive dengan hidup mereka yang mungkin susah itu tadi. And, "How about people's mind? whatever". Cheers!

Minggu, 10 Februari 2013

Kamu Sajak Dalam Tangisku

Pagi itu
Tak seperti biasanya
Ia sedikit mengusap cairan entah apa di mata
Ia berjuang menipu sekelilingnya
Dengan kata 'baik-baik saja'
'aku rapuh' di balik bibirnya menunggu diceritakan

Hey kamu,
Jeritnya bukan karna kemarin kalian
Tapi esokmu dan esoknya
Hey kamu,
Risaunya bukan karna khilaf kalian
Tapi cerita indah saat semua mata tak sempat melihatnya
Hey kamu,
Tangisannya bukan karna menyesali sebuah dosa
Tapi tawa karna 'IA' pertemukan kalian

Malam itu kembali datang membawa sebuah ingatan
Udara menghentikan sedikit nafasnya
Saat kata bersama berhenti dan bosan bercinta
Banyak kata 'kamu' masih membayang dalam nalarnya
Terkadang ia berteriak untuk sebuah penyesalan
Tapi ingatlah cukup pada satu hal,
Ada banyak kata 'terbaik' untuk kamu dari kenangannya 

Beautiful Goodbye - Marron 5


I count the ways I let you down
On my fingers and toes but I'm running out
Clever words can't help me now
I grip you tight but you're slipping out

And I remember your eyes were so bright
When I first met you, so in love that night
And now I'm kissing your tears goodnight
And I can't take it, you're even perfect when you cry

Beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Your beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Oh yeah

When did the rain become a storm?
When did the clouds begin to form?
Yeah, we got knocked off course by a natural force
And we'll, we'll be swimming when it's gone

And I remember your eyes were so bright
When I first met you, so in love that night
And now I'm kissing your tears goodnight
And I can't take it, you're even perfect when you cry

Beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Your beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Oh yeah

All the pain you try to hide
Shows through your mascara lines
As they stream down from your eyes

And let them go, let them fly
Holding back won't turn back time
Believe me, I've tried

Your eyes were so bright
And I remember your eyes were so bright
And I remember your eyes were so bright
When I first met you, how in love were we that night?
And now I'm kissing your tears goodnight
And I can't take it, you're even perfect when you cry

Beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Your beautiful goodbye (bye-bye, bye-bye)
It's dripping from your eyes (bye-bye, bye-bye)
Yeah


Rabu, 06 Februari 2013

Jangan Mudah Berucap

hanya karna ia tersenyum
bukan berarti tak terluka
hanya karna ia tak berkata
bukan berarti tak tahu
hanya karna ia terdiam
bukan berarti tak suka
hanya karna ia menangis
bukan berarti tak bahagia
hanya karna tertawa saat senang
bukan berarti akan pergi saat sedih
hanya karna terucap 'sesal'
bukan berarti selamanya tak menikmati
hanya karna ia pergi begitu saja
bukan berarti tak pernah bersyukur
hanya karna ia berpaling
bukan berarti hilang begitu saja
hanya karna ada orang lain
bukan berarti kamu tak ada

Auburn - Perfect Two

Verse1
You can be the peanut butter to my jelly
You can be the butterflies I feel in my belly
You can be the captain
And I can be your first mate
You can be the chills that I feel on our first date

You can be the hero
And I can be your sidekick
You can be the tear that I cry if we ever split
You can be the rain from the cloud when it's stormin'
Or you can be the sun when it shines in the mornin'

Chorus
Don't know if I could ever be 
Without you 'cause boy you complete me
And in time I know that we'll both see 
That we're all we need
'Cause you're the apple to my pie 
You're the straw to my berry
You're the smoke to my high 
And you're the one I wanna marry 

'Cause you're the one for me, for me
And I'm the one for you, for you 
You take the both of us, of us 
And we're the perfect two
We're the perfect two
We're the perfect two
Baby me and you
We're the perfect two

Verse 2
You can be the prince and I can be your princess
You can be the sweet tooth I can be the dentist
You can be the shoes and I can be the laces
You can be the heart that I spill on the pages
You can be the vodka and I can be the chaser
You can be the pencil and I can be the paper
You can be as cold as the winter weather
But I don't care as long as we're together

Chorus
Don't know if I could ever be
Without you 'cause boy you complete me
And in time I know that we'll both see
That we're all we need
Cause you're the apple to my pie
You're the straw to my berry
You're the smoke to my high
And you're the one I wanna marry

Cause your the one for me, for me 
And I'm the one for you, for you
You take the both of us, of us
And we're the perfect two
We're the perfect two
We're the perfect two
Baby me and you
We're the perfect two

Verse 3
You know that I'll never doubt ya
And you know that I think about ya
And you know I can't live without ya 
I love the way that you smile
And maybe in just a while
I can see me walk down the isle

'Cause you're the apple to my pie
You're the straw to my berry
You're the smoke to my high
And you're the one I wanna marry

'Cause you're the one for me, for me 
And I'm the one for you, for you
You take the both of us, of us
And we're the perfect two
We're the perfect two
We're the perfect two
Baby me and you
We're the perfect two
Yeah, yeah


Menurut Anda: